Minggu, 28 Januari 2018

INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL SEBAGAI UPAYA PENANAMAN KARAKTER PESERTA DIDIK

INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA LOKAL SEBAGAI UPAYA PENANAMAN KARAKTER PESERTA DIDIK
Oleh: Naela Khusna Faela Shufa, S.Pd
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muria Kudus

Tujuan pendidikan sejatinya bukan hanya mentransfer pengetahuan saja (transfer of knwoladge) saja, tetapi juga mengembangkan kreatifitas peserta didik, pengenalan budaya sehingga peserta didik memiliki kecintaan terhadap budayanya, serta pembentukan karakter positif. Penanaman karakter dipandang penting untuk diajarkan khususnya dalam dunia pendidikan sekolah dasar. Penanaman karakter sejak dini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia yang bermoral, membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan rasional, membentuk manusia yang inovatif dan suka bekerja keras, optimis dan percaya diri. Maka diperlukan pelaksanaan pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter serta pendidikan yang mengoptimal seluruh potensi peserta didik baik dalam pengetahuan, keterampilan, psikologi.
Pelaksanaan pendidikan yang baik tidak terlepas dari peran guru sebagai ujung tombak pendidikan. Maka guru dituntut untuk dapat mengelola pembelajaran serta menjadi pembaharu strategi pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru hendaknya mengintegrasikan pendidikan karakter pada setiap pembelajaran. Disamping itu sesuai dengan tujuan pendidikan sebagai pewarisan budaya kepada peserta didik, guru hendaknya memperkenalkan budaya lokal (kearifan lokal) kepada peserta didik. Sebagaimana pendapat dari Dr. Sri Utaminingsih, M.Pd dalam tulisannya yang berjudul “Improving Learning Materials Based on Local Culture to Strengthen the Character of The Students of Etementary School”, beliau memaparkan bahwa, “Teachers have the responsibility of revitalizing local culture through learning strategies that cater elementary school students close to the cultural envlronment of students as well as providing a model of culturdl preservation through education”. Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa guru memiliki tanggung jawab merevitalisasi budaya lokal sebagai strategi pembelajaran yang melayani peserta didik sekolah dasar agar selalu dekat dengan lingkungan budaya serta sebagai bentuk pelestarian budaya melalui pendidikan sebagaimana yang dicanangkan oleh tujuan pendidikan Indonesia.
Pengintegrasia Kearifan lokal dalam pembelajaran bukan hanya memiliki manfaat sebagai upaya pengenalan dan pewarisan budaya saja. Tetapi, juga memiliki manfaat bagi peserta didik lebih memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang dikaitkan dengan lingkungan terdekat peserta didik menjadikan pembelajaran tersebut lebih bermakna. Karena peserta didik memahami materi yang diajarkan sesuai kenyataan yang diketahui peserta didik dalam pengalamannya sehari-hari. Disamping itu pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran juga sebagai upaya penanaman karakter positif kepada peserta didik, karena dalam kearifan lokal disetiap daerah terkandung nilai-nilai luhur yang dapat membentuk karakter baik kepada peserta didik.
Sebagai contoh nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal (kearifan lokal) di Kabupaten Kudus misalnya adalah terciptanya toleransi keberagaman baik sosial, budaya, maupun keagamaan. Masyarakat Kudus terkenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai toleransi. Diantaranya adalah masyarakat kudus menghormati agama hindu dan budha dimana adanya anjuran agar masyarakat tidak menyembelih sapi sebagai bentuk toleransi. Toleransi dalam keagamaan terlihat juga dari adanya klenteng dan masjid yang berada dalam satu kompleks di wilayah menara namun tetap terjalin kerukunan pada masyarakat. Selain itu adanya semboyan dari Sunan Sunan Kudus yaitu GUSJIGANG. Etos GUSJIGANG memiliki makna ‘GUS’ yang berarti bagus, ‘JI’ yang berarti mengaji, dan ‘GANG’ yang berarti berdagang. Melalui filosofi inilah Sunan Kudus menuntun para pengikutnya beserta masyarakat Kudus menjadi orang-orang yang memiliki kepribadian yang bagus, tekun mengaji, dan mau berusaha atau berdagang. Dan lain sebagainya. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kearifan lokal tersebut dapat diajarkan kepada peserta didik yang diintegrasikan guru dalam pembelajaran. Sehingga dapat membentuk peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter.
Langkah yang dapat dilakukan oleh guru untuk merencanakan pembelajaran berbasis kearifan lokal sebagai upaya penanaman karakter menurut Dr. Sri Utaminingsih, M.Pd adalah yang pertama dengan perencanaan yang terdiri atas a. menggunakan pembelajaran dengan budaya lokal untuk memperbaiki indikator, tujuan dan evaluasi untuk proses pembelajaran yang dapat diterima, b. Memilih refernsi dari sumber-sumber untuk meningkatkan informasi tentang budaya lokal, disamping itu juga perlu melakukan konsultasi dengan ahli budaya setempat, c. pemetaan perencanan tujuan, d. membuat bahan pembelajaran . Yang kedua adalah mengimplementasikan langkah yang dibuat dengan: a. identifikasi kompetensi inti dan kompetensi dasar, b. menicptakan jaringan bahan pembelajaran, c. penataan bahan, d. implementasi pembelajaran, e. evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan diatas, mengimplementasikan pembelajaran berbasis kearifan atau budaya lokal sangat bermanfaat dalam pembelajaran. Oleh sebab itu guru hendaknya selalu merencanakan inovasi pembelajaran yang menarik serta dapat menumbuhkan karakter positif siswa dengan tetap memperhatikan kearifan lokal dilingkungannya.